Jakarta, Beritasatu.com- PT Solarion Energi Alam (Solarion) siap mengoperasikan pabik panel surya di provinsi Banten untuk kebutuhan lokal dan ekspor. Ditargetkan, pada akhir tahun 2022 ini, pabrik di Banten sudah mulai berproduksi untuk memenuhi target pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) hingga 500 MW pada tahun 2025.
“Kami masih proses pemesanan mesin-mesin. Lahan sudah ada di Banten. Menurut rencana, akhir tahun ini, kami harap sudah mulai berproduksi. Untuk teknologi, kami kerja sama dengan perusahaan Tiongkok,” kata Head of Commercial Solarion Renadi Permana di Jakarta, Kamis (9/6/2022).
Menurut Renadi, syarat investasi jangka panjang dengan bank, perusahaan harus kerja sama dengan mitra perusahaan grade A. Nanti sebagian produksi, sekitar 20-30 persen, diarahkan untuk ekspor. Sementara sekitar 0 persen digunakan untuk memasok kebutuhan pasar lokal.
Lebih jauh, Graham Pearson, Chief Operating Officer PT Solarion Energi Alam mengatakan target pembangunan PLTS Solarion di Indonesia sebesar 500 MW dalam kurun waktu 3 hingga 5 tahun mendatang. Target pembangunan PLTS itu setara dengan mengalirkan listrik ke 42.000 rumah dan mengurangi emisi karbon sebesar 338,323-ton CO2.
Graham memiliki latar belakang membangun beberapa proyek PLTS di Australia dan melihat potensi yang sangat besar untuk pemanfaatan energi surya dilakukan di Indonesia. Dia ingin Solarion menjadi garda depan proses transisi energi di Indonesia.
“Perkembangan energi terbarukan di Australia sangat cepat. Tahun 2021, lebih dari 3,3 GW PLTS telah dibangun. Pembangunan PLTS untuk tempat tinggal dan kawasan industri di Australia telah mencapai 24,9% dari total potensi pemanfaatan energi terbarukan yang mungkin dilakukan.” lanjut Graham.
Hingga akhir tahun 2021, terdapat 4.500 pengguna PLTS Atap dengan total kapasitas 44 MW. Secara keseluruhan, total kapasitas PLTS di Indonesia (termasuk Proyek PLTS milik PLN dan ground mounted projects) mencapai 195,4 MW. Penelitian dari Institute for Essential Services Reform (IESR) menyatakan potensi pembangunan PLTS Atap untuk tempat tinggal di Indonesia mencapai 194 GW hingga 655 GW.
“Saya yakin tidak butuh waktu lama bagi Indonesia untuk mencapai skala yang sama dengan Australia. Dengan tingginya populasi dan perkembangan ekonomi di Indonesia, kebutuhan terhadap energi listrik menjadi tiga kali lipat jika dihitung dari tahun 2015 – 2030. Tenaga surya akan memiliki peran penting dalam pemenuhan kebutuhan energi tersebut,” tambahnya.
Solarion saat ini memiliki pipeline pembangunan PLTS lebih dari 100 MW dan sedang menyelesaikan beberapa proyek PLTS sebagai bagian dari G20 Summit yang akan dilaksanakan di Indonesia akhir tahun nanti.
Menurut Graham, satu industri juga memiliki alasan ekonomi yang cukup kuat kenapa harus memasang PLTS. Pemasangan PLTS dapat mengurangi tagihan listrik dan ini adalah hal yang sangat penting apalagi di masa menjelang endemi Covid-19.
“Pembangunan PLTS akan berperan besar dalam memenuhi kebutuhan energi di Indonesia, memiliki dampak yang baik bagi lingkungan hidup, proses pembangunannya juga cepat, terbukti menurunkan biaya listrik bulanan, dan membuka lapangan kerja.” Ujarnya.
Graham juga menjelaskan Solarion selalu berkoordinasi dengan PLN setiap ada proyek pemasangan PLTS atap di wilayah Jawa dan Bali. Solarion juga sudah ditetapkan sebagai “vendor resmi” PLN untuk perluasan penggunaan listrik EBT.
source: beritasatu.com