JAKARTA – PT Solarion Energi Alam (Solarion) menargetkan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) sebesar 500 MW rampung dalam kurun waktu 3 hingga 5 tahun mendatang.
Target pembangunan PLTS ini setara dengan aliran listrik ke 42.000 rumah dan mengurangi emisi karbon sebesar 338,323-ton CO2.
“Solarion sangat yakin pada potensi pembangunan PLTS dan kami ingin menjadi garda depan proses transisi energi di Indonesia,” ujar Chief Operating Officer Solarion Energi Alam Graham Pearson pada acara diskusi dengan media di Jakarta, Kamis (9/6/2022) siang.
Graham melihat potensi pemanfaatan energi surya di Indonesia sangat besar. Dia sebelumnya berpengalaman membangun beberapa proyek PLTS di Australia.
“Perkembangan energi terbarukan di Australia sangat cepat. Tahun 2021, lebih dari 3,3 GW PLTS telah dibangun. Pembangunan PLTS untuk tempat tinggal dan kawasan industri di Australia telah mencapai 24,9 persen dari total potensi pemanfaatan energi terbarukan yang mungkin dilakukan,” tuturnya.
Dia optimistis, dalam waktu pendek Indonesia mampu membangun PLTS dengan skala yang sama dengan di Australia. Dia mengatakan, tingginya populasi penduduk ditambah dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia membuat kebutuhan terhadap energi listrik menjadi tiga kali lipat jika dihitung dari tahun 2015 – 2030.
“Tenaga surya akan memiliki peran penting dalam pemenuhan kebutuhan energi tersebut,” ungkapnya.
Selain untuk pemenuhan kebutuhan energi listrik, saat ini ada dorongan kuat di masyarakat Indonesia untuk memakai sumber energi yang berkelanjutan.
Manfaat ekonomis bagi industri yang memasang PLTS atap adalah dapat mengurangi tagihan listrik.
“Tarif listrik di Indonesia rata-rata naik 7 persen setiap tahunnya, itu ada datanya,” imbuh Renadi, Permana, Head of Commercial Solarion.
Head of Marketing Solarion Agustine Adiastra WM menambahkan, klien industri yang telah memasang PLTS Atap dari Solarion diantaranya sebuah wahana wisata waterboom Bali berkapasitas 150 kW sekaligus project pertama yang dibangun sejak 2018.
“Kita dalam pembicaraan dengan beberapa developer perumahan untuk pemasangan solar panel di unit hunian yang akan dijual ke masyarakat sebagai bagian dari kelengkapan rumah, diantaranya di Sawangan dan di Jonggol,” ungkapnya.
Untuk pengguna ritel rumah tangga, Solarian menyediakan panel surya dengan kapasitas minimal 1000 watt dengan biaya sekitar Rp 20 juta untuk masa pemakaian panel surya selama 25 tahun.
Project lainnya adalah di pusat perbelanjaan Mal Galeria Bali, sejumlah perusahaan manufaktur yang memproduksi keramik, tekstil, ban.
“Investasi yang on going project mencapai 5 juta dolar,” ujar Agustine.
“Kita menyasar pabrik yang punya luasan atap besar dengan tagihan listrik tinggi,” imbuh Renadi.
Kepastian Regulasi
Graham menambahkan, PLTS akan berperan besar dalam memenuhi kebutuhan energi di Indonesia, memiliki dampak yang baik bagi lingkungan hidup dengan proses pembangunan yang cepat dan terbukti mampu menurunkan biaya tagihan listrik bulanan sekaligus membuka lapangan kerja baru.
Namun Graham mengingatkan, pembangunan PLTS di Indonesia dengan potensinya yang besar juga menghadapi tantangan.
Diantaranya menyangkut kepastian regulasi dari PLN terhadap kapasitas energi yang diizinkan untuk pembangunan PLTS Atap. “Kepastian regulasi mengenai hal itu akan sangat membantu menstimulasi investasi PLTS di Indonesia,” ujar Graham.
Bangun Pabrik Panel Surya di Serang
Dia menambahkan, proses pengiriman komponen dari luar negri juga menjadi kendala sejak masa pandemi Covid-19. Solarion berupaya semaksimal mungkin memakai alat dan bahan baku lokal untuk membangun PLTS.
Terkait ini, Renadi mengatakan, perusahaannya tahun 2022 ini merealisasikan pembangunan pabrik pembuatan panel surya berlokasi di Serang, Banten, dan diproyeksikan sudah beroperasi di akhir tahun.
Sebanyak 20 sampai 30 persen panel surya hasil produksi pabrik ini akan diekspor dan selebihnya dialokasikan untuk pemenuhan pasar dalam negeri. “Kita sekarang sedang memesan mesin-mesin produksinya dari China. Untuk lahan dan bangunan sudah kami siapkan,” ungkap Renadi.
Komponen panel surya selama ini diimpor dari China dengan kualitas bagus.
Solarion sendiri saat ini memiliki pipeline pembangunan PLTS lebih dari 100 MW dan sedang menyelesaikan beberapa proyek PLTS sebagai bagian dari G20 Summit yang akan dilaksanakan di Indonesia akhir 2022 ini.
“Transisi energi yang sedang terjadi di Indonesia membutuhkan visi jangka panjang dari investor dan perlu diciptakan ekosistem investasi yang mendukung proses tersebut,” ungkap Graham.
Hasil studi energi terbarukan menyatakan kapasitas PLTS Atap di seluruh Indonesia mampu mencapai 194 GW, tetapi hingga saat ini baru 44 MW yang telah selesai dibangun hingga akhir 2021.
source: tribunnews.com